TEORI KOMUNIKASI - Theory Propaganda

BAB I
PENDAHULUAN

I.I DEFINISI PROPAGANDA

Propaganda berasal dari bahasa Latin modern yaitu propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan. Dalam arti lebih luas propaganda yaitu suatu rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.
Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.
Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda.
Sebagai komunikasi satu ke banyak orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator dari komunikannya. Namun menurut Ellul, komunikator dalam propaganda sebenarnya merupakan wakil dari organisasi yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap masyarakat komunikannya. Sehingga dapat disimpulkan, komunikator dalam propaganda adalah seorang yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol sosial. Dengan berbagai macam teknis, setiap penguasa negara atau yang bercita-cita menjadi penguasa negara harus mempergunakan propaganda sebagai suatu mekanisme alat kontrol sosial.




I.A Macam-macam definisi propaganda

Definisi propaganda modern
Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan.
—Garth S. Jowett and Victoria O'Donnell, Propaganda And Persuasion

Definisi teori menurut para ahli :

Jacques Ellul mendefinikan propaganda sebagai komunikasi yang “digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, diersatukan secara psikologis dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau organisasi. Bagi Ellul, propaganda erat kaitannya dengan organisasi dan tindakan, yang tanpa propaganda praktis tidak ada.
Dalam Everyman's encyclopedia, propaganda merupakan suatu seni untuk menyebarkan dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya kepercayaan agama atau politik.
Leonard W. Dobb, sebagai pakar opini publik, menyatakan bahwa propaganda merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok tersebut.
Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler, mengatakan: "Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya." Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja.

1.II TUJUAN PROPAGANDA

Propaganda bertujuan untuk menyebarkan ide, informasi, atau rumor untuk membantu atau melukai suatu institusi, atau seseorang.
Propaganda bertujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.

1.III LATAR BELAKANG MASALAH

Propaganda adalah suatu seni persuasi yang di mana yaitu suatu sikap yang berbentuk atau membujuk orang lain. Permasalahannya terkadang propaganda digunakan oleh penguasa untuk mencari dukungan dari rakyatnya. Dan akhirnya prestasi penguasa itu dipaparkan secara berlebihan sehingga muncul suatu mitos dari berbagai kepercayaan di kalangan massa akan kehebatan dan keperkasaan para penguasa. Dengan demikian, hampir disetiap upaya untuk mempengaruhi opini publik, termasuk lobi, iklan komersial, dan pekerjaan misi, dapat secara luas dianggap sebagai propaganda. Sindiran terhadap propaganda dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan kuno (misalnya, Retorika Aristoteles),namun penggunaan terorganisir propaganda tidak berkembang sampai setelah Revolusi Industri, ketika instrumen modern propagandis komunikasi diaktifkan pertama lalu dengan mudah menjangkau audiens massa.


BAB II

2.I Pengertian propaganda

Propaganda merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Propaganda sendiri berasal dari kata propagare artinya menyebar, berkembang, mekar. Carl I Hovlan menambahkan bahwa propaganda merupakan usaha untuk merumuskan secara tegar azas-azas penyebaran informasi serta pembentukan opini dan sikap. Propaganda timbul dari kalimat sacra congregatio de propaganda fideatau dari kata Congregatio de propaganda fide atau Congregation for the Propagandation of Faith tahun 1622 ketika Paul Grogelius ke 15 mendirika organisasi yang bertujuan mengembangkan dan mengembangkannya agama katolilk Roma di Italia dan Negara lain.
Karya Klasik Lasswell, Propaganda Technique in the World war (1927) mengajukan salah satu usaha hati-hati yang pertama kali mendefenisikan Propaganda: “Propganda semata merujuk pada control opini dengan symbol-simbol penting, atau berbicara secara lebih konkret dan kurang akurat melalui cerita, rumor, berita, gambar, atau bentuk-bentuk komunikasi social lainnya. (Seperti yang di kutip oleh Werner J. Severin –Jamesa W Tankard ,Jr. Teori Komunikasi, dalam Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, Terapan di Dalam Media Massa.)
Kata 'propaganda' berasal dari bahasa Latin. Awalnya berarti 'gagasan untuk disebarkan ke sekeliling'. Namun dalam Perang Dunia I, artinya berubah menjadi 'gagasan politik yang ditujukan untuk menyesatkan. Selain itu juga tokoh-tokoh komunikasi dan para ahli yang lainnya mencoba memberikan defenisi propaganda, diantaranya:

Enclyclopedia International
Propanda adalah suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan. Arti dari propaganda dikemukan sebagai konsep popular yang cenderung menumbuhkam suatu kecurigaan dan rasa takut terhadap kekuatan dipropaganandis.

Enclyclopedia berbahasa Indonesia On Line (wikkipedia).
Propaganda ialah sebuah informasi. Informasi itu telah dirancang agar orang merasakan cara tertentu atau mempercayai sesuatu. Infomasi itu biasanya bersifat politik.

Lasswell
Propaganda dalam arti yang luas, adalah tekhnik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanifulasikan sepresentasinya (representasi dalam hal ini berarti kegiatan atau berbicara untuk suatu kegiatan kelompok).

Barnays
Propaganda modern adalah suatu usaha yang bersifat konsisten dan terus menerus untuk menciptakan atau membentuk peristiwa-peristiwa guna mempengaruhi hubungan public terhadap suatu uasha atau kelompok.

Drs. R.A Santoso Sastropoetro
Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator.

Prof. Onong Uchyana Efendi
Propanganda adalah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar melaksanakan kegiatan tertentu denga kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa.

Drs. R. Roekomy
Propaganda adalah usaha mempengaruhi orang lain berdasarkan factor-faktor psikologis tentang sesuatu yang baru atau belum diakui kebenarannya agar terbuat sesuai dengan yang dirahapkan.

Prof. Dr. mar`at
Propanganda itu adalah suatu tekhnik, cara atau usaha yang sistematis serta sungguh-sungguh dipikirkan secara mendalam dimana tekhnik atau cara/usaha ini dilakukan baik oleh seseorang maupun sekelompok orang untuk mempengaruhi pendapat atau sikap orang lains atau kelompok lain.

Prof. DR.H.C.J. Duyker
Bahwa siapapun yang melakukan propaganda meyebarkan pesan-pesan, mempunyai keinginan untuk mengubah sikap, pendapat, tingkah laku dari sesame manusia sebagai objeknya.

William Albig
Pada awalnya kegiatan propaganda didasarkan pada kokunikasi dari mulut ke mulut dan media cetak yang mencapai kelompok kecil.


2.2. Unsur-Unsur Propaganda.

Dalam propaganda ada beberapa unsur-unsur terbentuknya sebuah komunikasi, diantaranya:

1. Adanya komunikator, penyampaian pesan.
2. Adanya Komunikan atau penerima pesan/ informasi.
3. Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menetukan isi dan tujuan yang hendak dicapai.
4. Pesan tertentu yang telah di-“encode” atau dirumuskan sedemikian rupa adar mencapai tujuannya yang aktif.
5. Sarana atau medium (media), yang tepat dan susuai atau serasiu dengan situasi dari komunikan.
6. Teknik yang seefektif mungkin, yang dapat memberikan pengaruh yang secepatnyadan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.
7. Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
8. Tercapainya tujuan kepada aspek kognitif, afektif dan konatif.

2.3. Tipologi propaganda
Propagandis mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah tindakan dan harapan dari target individu. Yang membedakan propaganda dari bentuk-bentuk lain dari rekomendasi adalah kemauan dari propagandis untuk membentuk pengetahuan dari orang-orang dengan cara apapun yang pengalihan atau kebingungan.
Propaganda adalah senjata yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut kebencian terhadap kelompok tertentu, mengendalikan representasi bahwa itu adalah pendapat dimanipulasi. Metode propaganda termasuk kegagalan untuk tuduhan palsu.
propaganda dapat digolongkan menurut sumbernya:

"propaganda putih" berasal dari sumber yang dapat diidentifikasi secara terbuka.
"propaganda hitam" berasal dari sumber yang dianggap ramah akan tetapi sebenar-benarnya bermusuhan.

"propaganda abu-abu" berasal dari sumber yang dianggap netral tapi sebenarnya bermusuhan.

Propaganda telah berkembang dalam perang psikologis di mana propaganda menemukan ekstensinya. Propaganda politik yaitu melibatkan usaha pemerintah, partai atau golongan untuk pencapaian tujuan strategis dan taktis.
Propaganda sosiologi yaitu melakukan perembesan budaya kemudian masuk ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik. 

2.4. Teknik-teknik propaganda

Pemberian julukan (Name calling) adalah penggunaan julukan untuk menjatuhkan seseorang, istilah, atau ideologi dengan memberinya arti negatif.
Glittering Generality (Glittering Generality) adalah penyampaian pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan atau produk diinginkan oleh banyak orang atau mempunyai dukungan luas.
Teknik transfer adalah suatu teknik propaganda dimana orang, produk, atau organisasi diasosiasikan dengan sesuatu yang mempunyai kredibilitas baik/ buruk.
Tebang pilih (Card stacking) adalah suatu teknik pemilihan fakta dan data untuk membangun kasus dimana yang terlihat hanya satu sisi suatu isyu saja, sementara fakta yang lain tidak diperlihatkan.
Penyamarataan yang berkilap (Glittering generalities) adalah teknik dimana sebuah ide, misi, atau produk diasosiasikan dengan hal baik seperti kebebasan, keadilan, dan demokrasi.
Manusia biasa (Plain folks) adalah salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya rendah hati dan empati dengan penduduk pada umumnya.
Cara ini banyak digunakan untuk kampanye untuk memperoleh kekuasaan politik (kursi presiden, bupati, pemerintah daerah). Biasanya acara telah dirancang sedemikian rupa saat individu yang dicalonkan lewat, maka ia akan mencium bayi, bersalaman dengan orang biasa, hingga memeluk orang.

2.5. Komponen propaganda

Pihak yang menyebarkan pesan, berupa komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan tertentu.
Komunikan atau target penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator.
Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuannya dengan efektif.
Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan.
Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak dicapai. Dilakukan secara terus menerus. Terdapat proses penyampaian gagasan, ide/kepercayaan, atau doktrin.
Mempunyai tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.
Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.
Menggunakan cara sistematis prosedural dan perencanaan.
Dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.

2.6. Analisis masalah
(Studi Kasus Korban Bencana Lumpur Lapindo Pada Harian Umum “Media Indonesia “, Edisi Rabu 21 Maret 2007 Rubrik Analisi; Survei Litbang Media Group)

2.7. Tinjauan Analisis.

Pada Harian Umum (HU) “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric “analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo. Saya mencoba sedikit mengamati fenomena propaganda yang dijalankan oleh Media Group khusunya pada Koran Harian Umum (HU) “Media Indonesia” tentang korban Lumpur lapindo. Untuk mencoba menganalisis propaganda media maka harus terlebih dahulu kita bahas unsur-unsur komunikasi yang ditawarkan oleh Lasswell. Kenapa? Sebab pada dasarnya formula yang ditawarkan oleh Lasswell mampu menganalisis lebih dalam hal-hal yang terkait dengan kegiatan propaganda.
Adapun unsure-unsur komunikasi yang disodorkan oleh Harold Lasswell diantaranya:
Who : menujukan unsur “siapa” yang terlibat
Says What : menujukan ke”apa”an / isi (content/ message).
In Which Channel : menujukan tentang media yang digunakan.
To Whom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)
With What Effect : Menujukan pada efek yang ditimbulkan.
Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi konflik, stabil, labil.
Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut.
Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih.

Berangkat dari sanalah mari kita bersama menganalisis proses propaganda pada Harian Umum (HU) “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric “analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo.
Pertama kita uraikan dari unsur siapa(Who).
Pertama, Jelas sekali pada Survei Litbang Media Group ini yang menjadi kepala (otak) adalah Media Group itu sendiri. Perusahaan yang dipimpin oleh Surya Palloh ini rupanya memanfaatkan betul sekali “kesempatan emas” untuk menciptakan opini public dengan melalui proses propaganda. Walaupun pada dasarnya dalam survei ini melibatkan publik dengan survei yang mencakup 480 responden dewasa yang dipilih secara acak dari buku petunjuk telepon resindesial di kota-kota besar di Indonesia yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun pada dasarnya Media Group tetap mempunyai “kepentingan” dan agenda setting media tersendiri. Yang mana keduanya (kepentingan dan agenda setting) dibungkusi oleh kegiatan propaganda yang sehalus mungkin. Berangkat dari sini pula, jika kita bisa menelaah lebih dalam maka visi dan misi sebuah media bisa diketahui. Semisal, melalui analisis teks media, analisis framing dan yang lainnya. Kedua, yang terlibat dalam propaganda ini adalah korban lumpur Lapindo.

Kedua, unsur ke”apa”an (Says What),
untuk unsur yang kedua ini kita dapati dari judul (Head Line) besar pada halaman rubrik tersebut. Pada rubrik “Analisis” ini “Media Indonesia” mengangkat judul (Head Line) “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan”. Dari judul tersebut secara langsung maka pertanyaan tentang topik apa yang diangkat oleh Media Indonesia terjawab. “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric “analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo, fokus analisisnya lebih kepada keadaan dan nasib para korban lumpur lapindo yang dianaktirikan atau tidak diperhatikan. Semakin jelaslah dalam hal ini, “Media Indonesi” tengah berupaya untuk melakukan propaganda kepada seluruh pihak khususnya dalam hal ini tertuju kepada pemerintah, agar lebih memperhatikan dan mengutamakan korban lumpur lapindo.
Lebih dalam lagi jika kita analisis lewat analisis teks media, maka semakin jelasnya upaya propaganda “Media Indonesia”. Misalnya “Media Indonesia” menulis: “Ironisnya, nasib warga Porong korban luimpur sampai hari ini masih tak menentu, meski pada tingkat kebijakan sudah ada perjanjian bahwa Lapindo akan mengganti semua aset pihak lain, termasuk warga, yang lenyap karena luberan lumpur panas. Hak mereka atas tanah tempat tinggalnya yang tenggelam, yang seharunya sudah emreka terima hingga kini belum juga cair” (paragraf.12).

Ketiga, unsur media yang digunakan (In Wich Channel).
Para proses propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” ini media yang digunakan tentunya adalah koran atau media cetak, karena pada dasarnya “Media Indonesia” bergerak dalam dunia media cetak. Namun jika kaca mata analisisnya ditujukan kepada “Media Indonesia” dalam menghimpun data dan opini masyarakat (publik) yang dimaksudkan untuk mengetahui opini yang sedang berkembang di masyarakat, maka “Media Indonesia” menggunakan media survei yang dilakukan oleh Litbang Media Group dengan melakukan wawancara terstuktur dengan kuesioner melalui telepon kepada masyarakat di enam kota besar yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun hasil survei yang dilakukan oleh Media Group, tulis “Media Indonesia” tidak dimaksudkan mewakili pendapat seluruh indonesia, namun hanya masyarakat pengguna telepon residensial di kota tersebut. Dan Margin of Error survei tersebut plus minus 4,6 % pada tingkat kepercayaan 95%. (paragraf. 2).

Keempat, unsur siapa yang dituju dari propaganda tersebut / komunikan (To Whom).
Mengacu pada unsur yang keempat ini, sebenarnya berdasarkan analisis saya maka yang dituju oleh propaganda “Media Indonesia” adalah seluruh pihak. Namun jauh dari itu, pasti setiap masalah tidak selalu general ditujukan kepada seluruh pihak, pasti ada pihak yang dikhususkan. Begitu juga dengan propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” juga. Maka yang menjadi fokus propaganda (sebenarnya) adalah pemerintah. Dari judul (Head Line) saja “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan” sudah terlihat bagaimana “Media Indonesia” menilai kinerja dan peran pemerintah terhadap korban Lapindo yang hanya menganaktirikan. Selain itu juga hal ini diperkuat dengan teras (lead) yang ditulis “Media Indonesia”: “Mayoritas masyarakat menilai tidak puas terhadap kinerja pemerintah dalam menangani korban lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Bahkan, mayoritas menilai korban juga kurang mendapat perhatian pemerintah bila dibandingkan dengan korban bencana alam lainya”.

Kelima, unsur efek yang ditimbulkan (With What Effect).
Jika menganalisi dari segi efek yang ditimbulkan khususnya topik yang diangkat yaitu korban lumpur yang dianaktirikan, “Media Indonesia menulis: “Ketidakjelasan soal pembayaran ganti rugi tersebut membuat kehidupan puluahn ribu warga Porong juga semakin tidak jelas. Tak terbayangkan bagaimana hancurnya kehidupan mereka akibat Lumpur panas yang yang menenggelamkan rumah-rumah dan tempat kerja mereka. Mendadak ribuan orang terpaksa mengungsi jauh dari tempat tinggalnya. Sekaligus berarti mereka juga kehilangan mata pencaharian, baik dari lahan pertanian maupun pabrik-pabrik yang terpaksa ditutup” (Paragraf.16). Dari tulisan “Media Indonesia” di atas jelasnya sungguh besar efek yang ditimbulkan oleh kinerja pemerintah yang setengah hati sehingga menganaktirikan korban lapindo. Dan mungkin inilah yang menjadi alasan terkuat bagi “Media Indonesia” untuk melakukan propaganda, harapannya pemerintah bisa lebih memerhartikan kepentingan-kepentingan korban lapindo selayak-layaknya, layaknya seoarang ibu kepada anak kandungnya bukan seperti anak tiri yang dinomorduakan.

Keenam, unsur yang menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan (Sikon).
Pada dasarnya situasi yang terjadi pada saat bersamaan terlihat damai dan terkendali, walaupun gelombang protes disertai emosi dan histeria kerap menghiasi aksi protes dan unjuk rasa korban Lumpur Lapindo tersebut.

Ketujuh,unsur cara yang dilakukan untuk proses tersebut (Teknik).
Dari foto berita yang dimuat bersamaan dengan tulisan itu maka, kita bisa melihat bagaiman situasi yang terjadi pada korban Lumpur Lapindo. Mereka protes dan berunjuk rasa dengan cara memblokir kereta api, hal ini dilakukan sebagai wujud dari tidak puasnya atas kinerja pemerintah dalam menangani korban Lapindo.

Kedelapan, unsur pada acuan atau hal yang ingin diraih (Kebijakan).
Jika saya simpulkan sebenarnya proses propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia” berujung pada pendesakan agar pemerintah mengambil alih langsung penanganan korban Lumpur Lapindo. Pemerintah diharapkan All Out dalam menangani kasus ini bukan dengan setangah hati, bisa lebih memperhatikan dan mengutamakan segala kepentingan rakyatnya.


PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Teori-teori yang dikembangkan oleh Lasswell, Ellul dan Bernays adalah penting untuk sejumlah alasan. Secara keseluruhan, penelitian para ulama dibahas dalam makalah ini telah sangat penting untuk memahami media, manipulasi publik, dan pembentukan opini publik.Sementara teori, Lasswell, Bernays, dan Ellul dibentuk tahun lalu, mereka terus membantu kita memahami masyarakat yang mengelilingi kita hari ini.

3.2 KRITIKAN

Teori seperti Ellul cenderung sisi berat dengan model efek langsung, dimana propaganda langsung dapat mempengaruhi pikiran massa.
Inilah garis pemikiran yang menghasilkan titik awal untuk penelitian masa depan di bidang efek terbatas dari media. Efek terbatas seperti ditunjukkan melalui karya Iyengar dan Kinder, serta McCombs dan Shaw.

3.3 SARAN

Teori tersebut harus sesuai dengan garis pemikiran yang menghasilkan titik awal untuk penelitian masa depan di bidang efek terbatas dari media.


DAFTAR PUSTAKA


Jacques Ellul, Propaganda: The Formation of Men's Attitudes, Knopf, 1965
ETIKA, INTELEKTUALISME DAN PROPAGANDA
Garth S. Jowett and Victoria O'Donnell, Propaganda And Persuasion
See J. Ellul, Propaganda (1965, repr. 1973); TC Sorensen, The Word War (1967); TJ Smith II, ed., Propaganda (1989).
Read more: http://www.answers.com/topic/propaganda#ixzz1oayGuPgR
http://www.answers.com/topic/propaganda#ixzz1ob2T8RYB
English, DE, Political Uses of Photography in the Third French Republic, 1871-1914 (1984).
Lasswell, H.D. (1938). Propaganda technique in the world war. New York: Peter Smith.
Jaubert, A., Le Commissariat aux archives (1986).
Winfield, B., FDR and the News Media (1990).
Herz, R., Loiperdinger, M., and Pohlmann, U. (eds.), Führerbilder: Hitler, Mussolini, Roosevelt, Stalin in Fotografie und Film (1995).
King, D., The Commissar Vanishes: The Falsification of Photographs and Art in Stalin's Russia (1997)

Posting Komentar

2 Komentar

  1. maaf mbak, mau nanya ada rekomendasi nya gak tentang buku propoganda politik yang dijual di indonesia?

    BalasHapus