MATERI KULIAH
TEORI KOMUNIKASI - Interpersonal Deception Theory (Teori Penipuan Antar Pribadi)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai mahluk social kita pasti memiliki keinginan untuk berhubungan dengan satu sama lain. Hal itu ditandai dengan banyaknya hubungan yang kita jalani dengan berkomunikasi, baik dalam keluarga, persahabatan, pekerjaan maupun percintaan adalah bentuk-bentuk hubungan yang kita jalani sehari-hari.
Hubungan Interpersonal juga mengalami proses yang kita kenal sebagai siklus, suatu siklus secara sederhana ditandai dengan perkenalan, perkembangan, konflik, dan resolusi/penyelesaian.
Dan dalam berkomunikasi pun banyak macamnya, komunikasi yang dilakukan dengan baik maupun untuk menjaga hubungan dan citra walaupun dengan cara berbohong atau memanipulasi suatu pesan. Selain itu kita juga harus memahami esensi dari hubungan interpersonal serta betapa pentingnya suatu hubungan berkomunikasi dalam kehidupan seseorang.
Makalah ini akan membahas tentang “Interpersonal Deception Theory” bagaimana proses ini terjadi, dan memahami teori tersebut, dan juga konflik-konflik yang terjadi.
B. Permasalahan dan Tujuan
Semua orang pernah berbohong tetapi tujuannya berbeda-beda. Ada yang berbohong (menipu) demi kebaikan dan ada yang melakukaknnya untuk niat jelek. Fenomena muatan isi pesan komunikasi yang dilakukan baik oleh komunikator maupun komunikan ini, telah dipelajari secara khusus oleh David Buller & Judee Burgon dan hasilnya mereka tuangkan ke dalam teori yang mereka sebut “Interpersonal Deception Theory”.
Mereka mendefinisikan konsep pembohongan sebagai suatu pesan yang dengan sadar disampaikan oleh pengirim untuk menimbulkan kepercayaan atas kesimpulan palsu bagi si penerima.
Keberhasilan teori ini tampaknya baru sebatas pengkonseptualisasian fenomena pembohongan dalam proses komunikasi. Karenanya, berdasarkan kriteria kebaikan teori menurut Littlejohn, teori ini hanya baru memenuhi satu dari empat komponen, yaitu komponen konsep. Komponen lainnya, yaitu komponen asumsi filosofis, eksplanasi, dan prinsip, terlihat belum dipenuhi oleh teori ini.
Setiap orang berbohong pasti memiliki tujuan tertentu, yaitu sasaran, memelihara tujuan dan menyelamatkan muka (diri sendiri). Deception memerlukan usaha dan kerja keras. Pembohong harus terus berurusan dengan tugas – tugas yang kompleks berkaitan dengan mengatur strategi kebohongannya. Jika bohong sudah terlalu banyak, maka akan terjadi kebocoran / leakage, dan kebocoran ini akan berpengaruh pada perilaku non verbal.
( leakage the truth will come out).
( leakage the truth will come out).
PERMASALAHAN & PENJELASAN TEORI
Pengirim Komunikasi mencoba untuk memanipulasi pesan sehingga menjadi tidak benar, yang dapat menyebabkan mereka ketakutan tentang komunikasi palsu mereka terdeteksi. Secara bersamaan, penerima komunikasi mencoba untuk mengungkap atau mendeteksi keabsahan informasi itu, menyebabkan kecurigaan tentang apakah pengirim sedang berbohong. Berbohong terjadi dalam interaksi dinamis di mana pembohong dan pendengar menari di sekitar satu sama lain, mengubah pikiran mereka dalam menanggapi bergerak masing-masing. Perilaku Liar meliputi:
- Memanipulasi informasi: menjauhkan diri dari pesan, jadi jika pesan tersebut ditemukan tidak benar, mereka dapat melepaskan diri. Jadi mereka menggunakan generalisasi yang tidak jelas dan berbicara tentang orang lain.
- Strategis mengontrol perilaku: untuk menekan sinyal yang mungkin mengindikasikan bahwa mereka berbohong. Misalnya wajah mereka mungkin lebih tenang dan tubuh yang lebih kaku.
Interpersonal Deception Theory
Oleh : David Buller & Judee Burgoon
Dicetuskan oleh David Buller dan Judee Burgoon. Tradisi yang mendasari adalah sosiopsikologis. Bohong merupakan manipulasi dari sebuah informasi.
Ciri-ciri pesan yang mengandung kebohongan: pesan tidak mengandung kepastian, dalam penyampaian pesannya komunikator tidak segera menjawab, pesan yang disampaikan itu tidak relevan dengan topik, dalam berperilaku saat berkomunikasi pengirim berupaya untuk menjaga hubungan dan juga citranya.
Bohong menciptakan perasaan bersalah dan keraguan. Keberhasilan dari bohong tergantung dari tingkat kecurigaan respondennya. Pembohong akan terus berurusan dengan tugas-tugas yang kompleks berkaitan dengan mengatur strategi kebohongannya.
Kebohongan melibatkan manipulasi informasi, perilaku, dan citra yang dilakukan dengan sengaja untuk membuat orang lain memercayai kesimpulan atau keyakinan yang palsu. Dugaan pelaku komunikasi merupakan dasar yang penting untuk menilai perilaku. Jadi, dugaan memainkan sebuah peran yang pasti dalam situasi kebohongan. Ketika dugaan penerima menyimpang, kecurigaan mereka dapat muncul. Demikian juga ketika dugaan pengirim menyimpang, ketakutan kebohongan mereka juga mungkin akan muncul.
Dalam sebuah hubungan dekat, kita memiliki bias atau dugaan tertentu tentang apa yang akan kita lihat. Bias kebenaran (truth bias) membuat kita kurang cenderung melihat kebohongan. Sebaliknya, sebuah bias kebohongan akan menonjolkan kecurigaan kita dan membuat kita berpikir bahwa orang lain sedang berbohong padahal mereka sebenarnya tidak.
Kemampuan kita berbohong atau mengetahui kebohongan juga dipengaruhi oleh tuntutan percakapan (conventional demand) atau jumlah tuntutan yang kita alami sementara kita berkomunikasi.
Teori ini digunakan untuk menjelaskan kebohongan-kebohongan komunikasi seseorang dengan cara memancing komunikan dengan informasi yang tidak benar sehingga terbongkarlah kenyataan bohongnya. Teori ini secara asumsi tergolong ke dalam kategori humanistik. Sangat sulit dengan teori ini untuk meramalkan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada pikiran manusia. Artinya apakah seseorang melakukan kebohongan atau tidak, agak sulit diramalkan.
Dengan kata lain, pesan-pesan yang disampaikan oleh seseorang termasuk yang benar atau tidak, agak sulit diduga. Kecuali kalau sudah lama terjadinya, atau kita melakukan uji lanjutan guna meneliti validitasnya.
Selain itu, teori ini juga bisa menjelaskan jenis-jenis tindakan muslihat yang berbeda-beda, motivasi melakukan muslihat, dan menjelaskan faktor-faktor yang mengukur keberhasilan upaya melakukan muslihat dari seseorang.
Interpersonal deception merupakan teori yang sangat berguna bagi seseorang yang mencoba melakukan muslihat, atau berpikir seseorang akan melakukan muslihat kepada orang lain. Teori ini membantu melihat ke belakang, pada situasi yang telah lalu, guna mengevaluasi peristiwa dan perilaku komunikasi verbal ataupun nonverbal dengan tujuan untuk mengungkap apakah seseorang telah melakukan kebohongan atau tidak.
Setiap orang pernah berbohong, juga dibohongi. Dengan alasan ini maka teori ini sangat berguna dan sangat praktis dilakukan.
Dijelaskan, ada tiga strategi atau cara dalam upaya pengirim untuk berbohong pada penerima.
- Pertama falsification (pemalsuan)
- Kedua concealment (menyamarkan atau menyembunyikan kebenaran)
- Ketiga Equivocation (mengaburkan)
Pesan pengirim yang mengandung kebohongan, dijelaskan biasanya mempunyai ciri :
- Pesan yang disampaikan tidak mengandung kepastian atau tidak jelas;
- Dalam penyampaian pesannya pengirim tidak segera menjawab, pernyataan yang sudah disampaikannya ditarik kembali;
- Pesan yang disampaikan itu tidak relevan dengan topik (disassociation);
- Dalam berperilaku saat berkomunikasi, pengirim berupaya untuk menjaga hubungan dan imej.
Bohong juga menciptakan perasaan bersalah dan keraguan, yang akan terlihat dari tindak tanduk atau perilakunya. Keberhasilan dari bohong ini tergantung juga dari kecurigaan respondennya. Responden biasanya punya kecurigaan yang sayangnya dapat dengan mudah dirasakan oleh si pembohong. Kecurigaan ini berada pada kenyataan dan fiksi.
Padahal sebetulnya dengan melakukan kebohongan tersebut berarti kita telah menorehkan luka dan sekaligus dosa kepada yang kita bohongi. Seperti halnya dalam teori kebohongan antar pribadi (interpersonal Deception Theory) dari David Buller dan Judee Burgoon.
Yaitu bahwasannya seseorang terkadang melakukan kebohongan. Bohong merupakan manipulasi dari sebuah informasi. Dalam teori ini bahwa apa yang disampaikan oleh pembohong terlihat berubah ubah, tidak konsisten dan pesannya tidak pasti.
Apabila kita bohong sudah terlalu banyak, maka akan terjadi kebocoran / leakage, dan kebocoran ini akan tampak pada perilaku non verbal. Bahkan ada yang bilang sekalipun mulut kita diam terkadang mata kita mampu menyiratkan bahwa ada sesuatu yang kita tutupi.
Jadi sesungguhnya yang terbaik adalah melakukan kejujuran. Jujur jika diartikan secara baku adalah “mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran” Mungkin ada yang bertanya kapan dan bagaimana kita memulai kejujuran.
Yang namanya kejujuran itu adalah membuat ketenangan, sementara kebohongan itu akan menciptakan kegelisahan.
Maka yang paling baik adalah tidak menunjuk orang lain, tetapi memulai kejujuran dari dalam diri sendiri secara mendalam. sehingga mampu menanamkan kejujuran dalam diri yang mumpuni, karena bagaimanapun dibohongi itu menyakitkan dan kita juga tidak mau disakiti. Maka mulailah dengan kejujuran dari dalam diri supaya tiadak menyakiti.
Teori perspektif
Teori interpersonal penipuan penipuan memandang melalui lensa teoritis dari komunikasi interpersonal. Dengan demikian, menganggap penipuan sebagai proses interaktif antara pengirim dan penerima. IDT berfokus pada sifat relasional, dan komunikasi dialogis menipu. Perilaku antara pengirim dan penerima yang dinamis, dan multifungsi.
- Diadik komunikasi mengacu pada komunikasi antara dua orang. Angka dua adalah sekelompok dua orang antara siapa pesan akan dikirim dan diterima.
- Komunikasi relasional mengacu pada komunikasi di mana makna diciptakan oleh dua orang secara bersamaan mengisi peran kedua pengirim dan penerima.
- Dialogic aktivitas mengacu pada bahasa komunikatif aktif dari pengirim dan penerima, masing-masing bergantung pada yang lain dalam pertukaran.
Pertimbangkan rangka psikoterapi dan konseling psikologis. Kegiatan diadik, relasional dan dialogis antara terapis dan pasien bergantung pada jujur, komunikasi yang terbuka jika pasien untuk pulih dan berhasil mengintegrasikan ke dalam hubungan sehat. Penipuan menggunakan kerangka teoritis yang sama, hanya secara terbalik, sebagai komunikasi satu peserta adalah sengaja palsu.
Metatheoretical Asumsi:
- Ontologis Asumsi:
Sejauh sifat realitas, Teori Deception sangat humanistik dalam yang memandang realitas beberapa kontingen semua pada faktor-faktor situasional yang berbeda pada individu yang terlibat.
- Epistemologis Asumsi:
Dalam hal pengetahuan, teori ini juga humanistik. Apa yang ditemukan dari penelitian sepenuhnya tergantung pada siapa yang melakukan mengetahui.
- Aksiologis Asumsi:
Teori Deception interpersonal adalah humanistik dalam arti nilai-nilai. Nilai dari individu-individu yang terlibat menyimpulkan dari nilai-nilai mereka sendiri dan pengalaman.
Interpretasi individu:
Ada tiga aspek dari pesan menipu:
- Pesan yang menipu pusat, yang biasanya verbal.
- Lanjut pesan, yang mencakup aspek baik verbal dan nonverbal komunikasi yang sering mengungkapkan kebenaran pesan tertentu.
- Sengaja perilaku yang sebagian besar nonverbal dan membantu untuk menunjukkan kebohongan pengirim melalui kebocoran disebut panjang.
Peran superordinat konteks dan hubungan
Penjelasan IDT terhadap penipuan antarpribadi tergantung pada situasi di mana interaksi terjadi dan hubungan antara pengirim dan penerima.
- Pengirim dan penerima kognisi dan perilaku bervariasi secara sistematis sebagai konteks komunikasi menipu bervariasi dalam akses terhadap isyarat sosial, kedekatan, keterlibatan relasional, tuntutan percakapan, dan spontanitas.
- Selama simpang susun menipu, pengirim dan penerima kognisi dan perilaku bervariasi secara sistematis sebagai hubungan bervariasi dalam keakraban relasional (termasuk keakraban informasi dan perilaku) dan relasional valensi .
Komunikasi-faktor relevan preinteraction
Individu komunikator juga mendekati pertukaran menipu dengan set mereka sendiri faktor preinteraction, seperti harapan, pengetahuan, tujuan atau niat, dan repertoar perilaku yang mencerminkan kompetensi komunikasi mereka. IDT mencanangkan bahwa faktor mempengaruhi pertukaran menipu.
- Dibandingkan dengan teller kebenaran, penyesat melakukan kegiatan strategis yang lebih besar yang dirancang untuk mengelola informasi, perilaku, dan citra dan menampilkan isyarat gairah lebih nonstrategic, negatif dan dibasahi mempengaruhi, noninvolvement, dan decrements kinerja.
Efek fitur preinteraction pada ketakutan deteksi awal pengirim dan menampilkan penipuan
IDT mencanangkan bahwa faktor preinteraction mempengaruhi deteksi awal pengirim ketakutan dan menampilkan menipu.
- Konteks interaktivitas moderat penipuan awal menampilkan sehingga penipuan dalam hasil konteks semakin interaktif dalam kegiatan strategis yang lebih besar (informasi, perilaku, dan manajemen gambar) dan aktivitas nonstrategic berkurang (gairah, negatif atau dibasahi mempengaruhi, dan decrements kinerja) lebih relatif terhadap konteks noninteractive waktu.
- Pengirim dan penerima harapan awal untuk kejujuran perusahaan berhubungan positif dengan tingkat interaktivitas konteks dan positif dari hubungan antara pengirim dan penerima.
- Awal deteksi penyesat 'ketakutan dan kegiatan strategis asosiasi berbanding terbalik dengan harapan untuk kejujuran (yang dengan sendirinya merupakan fungsi interaktivitas konteks dan hubungan positif).
- Tujuan dan motivasi sedang menampilkan perilaku strategis dan nonstrategic.
- Seperti meningkatkan keakraban informasi, perilaku, dan relasional receiver, penipu tidak hanya mengalami ketakutan deteksi yang lebih dan menunjukkan informasi
- yang lebih strategis, perilaku, dan manajemen gambar tetapi juga perilaku kebocoran lebih nonstrategic.
- .Pengirim terampil lebih baik menyampaikan sikap jujur dengan terlibat dalam perilaku yang lebih strategis dan kebocoran kurang nonstrategic daripada yang terampil.
Pengaruh fitur preinteraction dan interaksi awal pada kognisi penerima
IDT lanjut mencanangkan bahwa preinteraction faktor, dikombinasikan dengan menampilkan perilaku awal, mempengaruhi kecurigaan awal penerima dan akurasi deteksi berkelanjutan.
- Penilaian penerima awal dan berkelanjutan kredibilitas pengirim secara positif berhubungan dengan biasa penerima kebenaran, interaktivitas konteks, dan keterampilan pengirim encoding, mereka berbanding terbalik dengan penyimpangan komunikasi pengirim dari pola yang diharapkan.
- Akurasi deteksi awal dan berkelanjutan adalah berbanding terbalik dengan bias penerima kebenaran, interaktivitas konteks, dan keterampilan pengirim encoding, mereka positif berkaitan dengan keakraban informasi dan perilaku, penerima decoding keterampilan, dan penyimpangan komunikasi pengirim dari pola yang diharapkan.
Iteratif pola interaksional
IDT hasil untuk menggambarkan proses iteratif menampilkan kecurigaan penerima dan pengirim reaksi kepada mereka menampilkan.
- Kecurigaan Receiver diwujudkan melalui kombinasi perilaku strategis dan nonstrategic.
- Pengirim merasakan kecurigaan ketika hadir.
- Kecurigaan (dirasakan atau aktual) meningkat pengirim strategis dan perilaku nonstrategic.
- Penipuan dan kecurigaan menampilkan berubah seiring waktu.
- Timbal balik adalah adaptasi pola interaksi utama antara pengirim dan penerima selama penipuan interpersonal.
Hasil Postinteraction
Akhirnya, IDT mencanangkan bahwa interaksi yang menipu memuncak dalam set postinteraction penilaian tentang kredibilitas pengirim dan penerima kecurigaan. Dengan kata lain, interaksi antara pengirim dan penerima pengaruh bagaimana kredibel penerima berpikir pengirim dan bagaimana mencurigakan pengirim berpikir penerima.
- 17. Receiver deteksi akurasi, bias, dan penilaian kredibilitas pengirim mengikuti interaksi adalah fungsi dari kognisi penerima terminal (kecurigaan, bisa kebenaran), penerima keterampilan decoding, dan menampilkan pengirim terminal perilaku.
- 18. Pengirim keberhasilan penipuan yang dirasakan adalah fungsi dari kognisi pengirim terminal (kecurigaan yang dirasakan) dan menampilkan terminal penerima perilaku.
Penerima peran dalam IDT
Kebanyakan orang percaya bahwa mereka dapat melihat penipuan, tapi IDT menyatakan bahwa paling tidak bisa. Ada berbagai hal seorang penipu harus melakukan secara bersamaan untuk memastikan apa yang mereka katakan datang di sebagai benar, yang terpenting adalah bagaimana mengelola penipu petunjuk verbal dan nonverbal nya. Menurut IDT, penerima lebih sadar sosial adalah, semakin baik dia adalah dalam mendeteksi penipuan.
Bagaimana sukses adalah penerima rata-rata dalam mendeteksi penipuan? Tidak terlalu berhasil sama sekali, menurut studi terbaru. Ini mungkin karena ada kontrak sosial bahwa orang akan jujur dengan satu sama lain dan percaya orang lain akan jujur dengan mereka.
Jika seorang penipu memulai pertukaran menipu dengan pernyataan, akurat divalidasi, pernyataan itu mungkin mengarahkan penerima untuk percaya kisah selanjutnya penipu itu juga benar. Pada akhirnya, pengirim mempersiapkan penerima untuk menerima informasi nya sebagai kebenaran, bahkan jika beberapa atau bagian dari dialog adalah palsu. Jika pengirim terus menggunakan taktik yang sama, penerima akan menjadi lebih sadar, dan mungkin menjadi jelas pengirim berbohong.
Emosi di IDT
Emosi memainkan peran sentral dalam IDT, baik sebagai motivator dan akibat dari penipuan. Emosi dapat menjadi motivator penipuan, sebagai pengirim bergantung pada pengetahuan yang relevan - keakraban informasi, relasional, dan perilaku dalam rangka untuk mencapai tujuan seperti kepuasan diri sendiri, menghindari hasil negatif emosional, atau menciptakan hasil emosional negatif bagi target penipuan.
Emosi juga dapat menjadi hasil dari penipuan, sebagai respon fisik terjadi dalam pengirim, biasanya dalam bentuk mempengaruhi gairah dan negatif.
Kebocoran Emosional
Emosi dalam penipuan diwujudkan paling terang-terangan dalam sinyal nonverbal. Beberapa studi menunjukkan lebih dari 90% dari makna emosional dikomunikasikan nonverbal.
Untungnya, manusia sangat sensitif terhadap sinyal tubuh. Seringkali, komunikasi adalah ambivalen: orang berkomunikasi satu hal secara verbal dan sebaliknya nonverbal. Kebocoran merujuk pada insiden komunikatif di mana sinyal nonverbal mengkhianati isi sebenarnya dari pesan verbal bertentangan. Contoh kebocoran:
Ekspresi wajah
Delapan emosi dasar dikomunikasikan melalui ekspresi wajah: kemarahan , ketakutan , kesedihan , kegembiraan , jijik , rasa ingin tahu / bunga , kejutan dan penerimaan . Emosi ini umumnya diakui universal lintas budaya. Ada dua utama "rute" melalui ungkapan-ungkapan yang dikembangkan: "rute satu," dianggap bawaan, dan "rute dua," yang tergantung pada proses sosialisasi.
Budaya yang berbeda memiliki berbagai aturan tampilan yang mengatur penggunaan sosial dari ekspresi wajah. Sebagai contoh, Jepang mencegah tampilan emosi negatif. Terkadang, individu merasa sulit untuk mengendalikan ekspresi wajah. Wajah dapat "bocor" informasi tentang bagaimana mereka merasa.
Misalnya, seseorang mungkin tidak mampu menyembunyikan rasa malu-nya saat bertemu seseorang yang memiliki bekas luka menodai, atau ia mungkin merasa sulit untuk menyamarkan jijik ketika merawat luka atau bekerja dengan orang yang tdk bertarak.
Pandangan
Orang menggunakan kontak mata untuk sinyal ancaman, keintiman dan bunga. Kontak mata digunakan untuk mengatur turn-taking di percakapan dan merupakan faktor kunci dalam menentukan bagaimana tertarik penerima dalam apa pengirim katakan. Penerima biasanya melihat sekitar 70-75% dari waktu, dengan setiap tatapan rata-rata 7,8 detik.
Jika penerima mencari hanya 15% dari waktu, mereka mungkin dianggap dingin, pesimis, hati-hati, defensif, tidak dewasa, mengelak atau acuh tak acuh. Jika mereka terlihat lebih dari 80% dari waktu, mereka mungkin dianggap ramah, percaya diri, alam atau tulus.
Sikap
Penggunaan gerakan adalah salah satu budaya khusus kebanyakan bentuk komunikasi nonverbal dan dapat menyebabkan salah tafsir dan hinaan yang disengaja.
Gerakan tak sadar digambarkan sebagai diri menyentuh tindakan, seperti menyentuh wajah, menggaruk, mencengkeram tangan bersama-sama, atau menempatkan tangan di dekat
mulut, sering terjadi ketika orang mengalami emosi yang intens seperti depresi, kegembiraan atau kecemasan ekstrim.
Contoh dari kebocoran yang berkaitan dengan gerakan ditemukan karya Ekman dan Friesen, yang menunjukkan sebuah film tentang seorang wanita dengan depresi kepada sekelompok peserta penelitian. Para peserta diminta untuk menilai suasana hati wanita. Mereka hanya ditampilkan wajah wanita itu pikir dia bahagia dan ceria, sedangkan kelompok yang hanya melihat tubuhnya pikir dia tegang, gugup dan terganggu.
Sentuh
Sentuh dapat menjadi sarana yang berharga kepastian dan menunjukkan pengertian. Manusia menyentuh satu sama lain untuk menunjukkan keintiman seksual, afiliasi dan pemahaman, dalam salam dan perpisahan; sebagai tindakan agresi, dan untuk menekankan dominasi.
Argyle menulis bahwa ada "tampaknya aturan yang pasti yang memungkinkan beberapa jenis sentuhan, antara orang-orang tertentu, pada kesempatan tertentu saja. Tubuh hubungi luar batas-batas yang sempit tidak dapat diterima" (1996). Mereka yang menyentuh orang lain dipandang sebagai memiliki status ditingkatkan, ketegasan dan kehangatan, sementara mereka yang tersentuh dipandang sebagai memiliki lebih sedikit.
BAB III
STUDY KASUS & IDE IMPLIKASI
Contoh:
Contoh nyata untuk membantu memahami Deception interpersonal adalah pengalaman antara dua sahabat, Fibby dan Gissel :
Akhir pekan lalu saat Fibby sedang ke luar kota, Gissel pun terlalu mabuk di sebuah pesta, dan mencium pacar Fibby sahabatnya sendiri. Tetapi Gissel tidak mengatakan kepada Fibby tentang apa yang terjadi, bahkan ketika dia bertanya tentang apa yang dia lakukan akhir pekan lalu, Gissel berbohong dan mengatakan dia pergi ke rumah teman nya dan bahkan Gissel tidak mengakui ketika ia minum.
Ide dan Implikasi:
Penipuan interpersonal adalah teori yang berguna bagi seseorang yang telah baik berusaha untuk menipu atau berpikir ada orang yang berusaha menipu mereka. Ini membantu ketika melihat kembali situasi untuk mengevaluasi perilaku komunikasi verbal dan nonverbal untuk menemukan jika seseorang telah berbohong. Teori ini biasanya melayani diri sendiri, tetapi juga dapat digunakan untuk menjaga hubungan interpersonal. Setiap orang berbohong dan semua orang telah dibohongi, sehingga Teori Deception sangat berguna dan praktis.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Pada dasarnya manusia hidup dengan cara bersosialisasi dan dengan cara berkomunikasi antara satu sama lain. Banyak nya jenis-jenis komunikasi yanga kita kenal, salah satunya ada dalam “Interpersonal Deception Theory”/ IDT (Teori Penipuan Antar Pribadi).
Dalam teori tersebut mengandung cirri-ciri pesan yang tidak pasti atau melakukan suatu muslihat kepada orang lain, dan juga didalam nya mengandung kebohongan pesan dari komunikator terhadap komunikan.
Seseorang umumnya sering melakukan kebohongan , kebohongan juga sebagai suatu pesan yang dengan sadar disampaikan oleh pengirim untuk menimbulkan kepercayaan atas kesimpulan palsu bagi si penerima pesan. (memanipulasi suatu informasi dengan sengaja untuk membuat seseorang mempercayai kesimpulan atau keyakinan yang palsu).
IDT / Interpersonal Deception Theory tersebut bertujuan untuk menyelamatkan diri sendiri atau menjaga nama baik & citra. Apabila kita melakukan kebohongan yang terlalu banyak maka akan terjadi kebocoran / leakage, yang akan berdampak pada prilaku non verbal atau dalam kata lain kita tidak dapat dipercaya lagi.
Jadi sebaiknya adalah melakukan kejujuran, memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Agar tidak ada kebohongan yang bisa menyakiti atau pun disakiti.
Kritik :
Dari penelitian yang saya temukan pada teori ini, saya percaya Teori Deception interpersonal / IDT menjadi sebagian besar teori humanistic ( suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana cara untuk mengembangkan potensinya ).
Selain fakta bahwa manusia mencoba untuk menipu dan penerima mengevaluasi perilaku komunikasi untuk menentukan validitas / ketepatan pesan, ia memiliki daya prediksi yang sangat sedikit dan ini tidak dapat memprediksi kebenaran.
Suatu peristiwa bisa saja menjadi penipuan yang sudah direncanakan. Dan keberhasilan untuk berbohong atau menipu dapat saja terjadi. Teori ini sebagian besar menjelaskan berbagai jenis tindakan menipu, motif penipuan, dan menjelaskan faktor-faktor yang mengukur apakah suatu upaya penipuan akan menjadi tindakan yang berhasil / sukses.
REFERENSI
- Littlejohn, SW (1999). Teori komunikasi manusia (6th ed). Belmont, CA:. Wadsworth hal 146-147.
- DePaulo, BM, ME Ansfield, dan KL Bell (1996). Teori Tentang Penipuan dan Paradigma untuk Mempelajari Hal: Kajian Kritis Buller dan Burgoon lnterpersonal Penipuan itu Teori dan Penelitian Teori Komunikasi, 6 (3), 297-310..
- Buller, DB dan JK Burgoon (1996). Teori Deception interpersonal. Komunikasi Teori, 6 (3), 203-242.
- Kaku, JP (1996). Pendekatan teoritis untuk Studi Komunikasi Menipu:. Comments on Teori Deception Interpersonal Komunikasi Teori, 6 (3), 289-296.
- Greenhomeland.wordpress.com/2011/12/22/teori-komunikasi-interpersoal-part-i/
- Ariffinlagi.wordpress.com/2009/10/17/3/
- Imran2001.multiply.com/journal?&show_interistital=1&u=%2Fjournal
Posting Komentar
3 Komentar
gimana caranya kalo saya mau mendownload artikel ini ?
BalasHapusterimakasih atas infonya bang.. mungkin butuh referensilain? bisa kunjungi lama berikut http://library.gunadarma.ac.id/ thanks
BalasHapusBagus dan sangat bermanfaat. ijin kopas tuk referensi. sumber tetap sy cantumkan. makasih
BalasHapus