Pencerahan MOVE ON

"MASA DEPAN ADALAH MILIK MEREKA YANG PERCAYA PADA INDAHNYA MIMPI-MIMPI MEREKA"

 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ    

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا       فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ


Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S Ar Ra'd : 11)

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."



Dari sepenggalan ayat tersebut saya rasa itu merupakan landasan bagi manusia khususnya kaum muslimin wal muslimat buat bangkit dari apa yang telah dicapai kurang maksimal.

Berikut ini adalah Pendapat Para Ahli Tafsir

Berikut ini adalah komentar para ahli tafsir berkenaan dengan ayat di atas:
1. Imam Jalalain: Frasa “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum,” bermakna tidak mencabut kenikmatan dari mereka; sedangkan frasa, “sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” bermakna dari keadaan baik menjadi keadaan maksiat.
2. Imam Ibnu Katsir—mengutip hadis qudsi marfû’: Rasul bersabda: Allah berfirman: Demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku dan ketinggian-Ku di atas ‘Arsy, tidaklah suatu negeri dan penghuninya berada dalam kemaksiatan kepada-Ku yang Aku benci, kemudian mereka berupaya mengubah keadaan tersebut menjadi ketaatan kepada-Ku yang Aku cinta, melainkan Aku akan mengubah bagi mereka siksa-Ku yang mereka benci menjadi rahmaht-Ku yang mereka sukai.” (Dari penuturan Ali bin Abi Thalib k.w., sebagaimana diriwayatkan dari al-Hafizh Muhammad bin Utsman.)
3. Imam Al-Ghazali: Allah tidak akan pernah mengubah kenikmatan yang telah diberikan kepada suatu kaum hingga mereka mengubahnya.
4. Imam az-Zarqani: Sesungguhnya umat yang menghendaki Allah Swt. mengubah keadaan yang tidak mereka sukai ada pada kaumnya wajib mengubah sikap jiwanya terlebih dulu. Jika mereka telah melakukannya, niscaya Allah Swt. akan mengubah keadaan mereka pada keadaan yang mereka ridhai. Ini merupakan satu-satunya mukjizat keilmuan al-Quran. Setelah dibukakan rahasia ini oleh al-Quran, teranglah bagi kita wajibnya amar makruf nahi mungkar untuk melakukan perubahan.
5. Imam al-Baydhawi: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan kenikmatan dan kebaikan suatu kaum hingga mereka sendiri mengubah kebaikan yang ada dalam diri mereka dengan keburukan.
6. Imam Az-Zarkasyi: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kenikmatan yang diberikan kepada suatu kaum hingga kaum itu sendiri mengubah apa yang ada dalam diri mereka.
7. Imam ath-Thabari: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kenikmatan dan kesehatan suatu kaum dengan cara menghilangkan dan membinasakannya hingga mereka mengubahnya sendiri dengan melakukan kezaliman dan kejahatan satu sama lain. Jika ini terjadi maka ketika itu turun siksa-Nya dan terjadilah perubahan.
8. Imam as-Suyuthi: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kenikmatan yang diberikan kepada suatu kaum hingga mereka mengubah apa-apa yang ada dalam diri mereka. Nikmat disini adalah Muhammad saw. yang diberikan kepada Quraisy, tetapi mereka kufur terhadapnya. Karena itu, Allah memberikannya kepada kaum Anshar.
9. Imam ats-Tsa‘labi: Ayat ini merupakan kabar dari Allah Swt. bahwa jika Dia telah memberikan kenikmatan kepada suatu kaum, maka dengan kelembutan dan kasih sayang-Nya Dia tidak akan mengubahnya hingga datang dari mereka pihak yang mengubah keadaan mereka yang baik tersebut. Jika ini terjadi, maka Allah Swt. mengubah kenikmatan tersebut dengan malapetaka, seperti yang menimpa Quraisy saat mengingkari kenikmatan berupa kerasulan Muhammad saw.

Sekarang ini terkadang manusia hanya berpatokan kepada 3 hal, yaitu UmurRezeki, dan Jodoh itu ALLAH S.W.T yang menentukan, tanpa mengacu terhadap penggalan ayat diatas, dengan kata lain manusia pada jaman sekarang selalu menggantungkan apa yang diharapkannya tanpa usaha sedikit pun.

Sedikit Opini tentang 3 hal yaitu  UmurRezeki, dan Jodoh :

  1. Umur, memang betul umur itu tidak seorang manusia pun yang akan tahu rencana ALLAH S.W.T, namun manusia terkadang salah persepsi. Yang dimaksud salah persepsi disini adalah ketika manusia berulang tahun, mereka selalu berkata "SELAMAT BERTAMBAH USIA" dan "SEMOGA PANJANG UMUR". Sedangkan ALLAH S.W.T telah merencanakan seseorang diberi umur hidup berapa tahun untuk hidup di dunia ini, menurut saya selamat bertambah usia adalah kata yang tidak tepat untuk mengucapkan kepada seseorang yang sedang berulang tahun, karena menurut ilmu yang saya dapat ALLAH S.W.T telah memberi jatah kepada kita dan setiap kita berulang tahun otomatis umur kita akan berkurang. Sedangkan semoga panjang umur disini menurut ilmu yang saya dapat adalah bagaimana seseorang menjalankan kehidupannya sehari-hari, memanfaatkan waktu lebih berguna yang di berikan ALLAH S.W.T agar lebih terasa lama, terasa lama yang dimaksud adalah hidup 1 hari bagaikan hidup 1 tahun dan seterusnya.
  2.    Rezeki, "rezeki itu udah udah ada yang ngatur"  kalimat itu yang sering saya dengar ditelingaku. Aneh dan bingung terhadap manusia yang berkata seperti itu. Aneh karena dia merasa paham atau tidak dengan kalimat itu dan bingung karena sering yang mengucapkan kalimat itu tetapi manusianya tidak ada usaha sama sekali. Selalu berpangku tangan terhadap nasib dan kenyataan, tanpa ada usaha sedikit pun. Padahal menurut guru agama saya manusia itu ditakdirkan untuk selalu, selalu, dan selalu berusaha, hasil nya di serahkan kepada ALLAH S.W.T. Usaha, Ikhtiar, dan Doa, 3 kunci membuka pintu rezeki kepada diri kita sendiri.
  3.    Jodoh, dalam hal ini banyak sekali kawula muda yang di buat GALAU karena nya bahkan sering merambah ke kawula tua :) simple aja, menurut saya jodoh tak beda jauh dengan rezeki. Selalu berpatokan terhadap kalimat "jodoh itu di tangan tuhan", tanpa usaha untuk mencari dan mempertahankan menurutku itu sama halnya dengan kebodohan, karena 2hal itu merupakan usaha dimana mencari arti kata "Jodoh".

     Jadi, masih bisa dan mau selalu berpatokan dengan kalimat-kalimat itu? Usahanya mana? 
    Usahalah seperti ketika kita masih bayi, saat belajar berjalan tidak ada rasa takut dan lelah   untuk mencoba, mencoba, dan mencobanya kembali hingga akhirnya kita bisa berjalan. Tak ada salahnya kita berlajar dari hal-hal yang nyata ada di depan mata kita dan di lingkungan sekitar kita. 
J   Jadi, mau tunggu apalagi, so let's go after dreams and ideals of our !!








Daftar Rujukan
1 Imam Jalalain, Tafsîr Jalâlayn, hlm. 202. Kairo, Dar al-Hadits, t.t.
2 Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibn Katsir (2/614). Beirut: Dar al-Fikr, 1401 H.
3 Imam Al-Gazhali, Tafsir Jawâhir al-Qurân (1/101). Beirut: Dar Ihya’ al-Ulum, 1985.
4 Az-Zarqani, Manâhil al-‘Irfân (2/281), Beirut: Dar al-Fikr, 1996.
5 Imam al-Baidhawi, Tafsîr al-Baydhawi (3/321). Beirut: Dar al-Fikr, 1996.
6 Imam Az-Zarkasyi, Al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qurân (2/380). Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1391 H.
7 Imam ath-Thabari, Tafsîr ath-Thabari, (13/114). Beirut: Dar al-Fikr, 1405 H.
8 Imam as-Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsûr (4/81). Beirut: Dar al-Fikr, 1994.
9 Imam ats-Tsa‘labi, Tafsîr ats-Tsa‘âlabi, 2/104. Beirut: Mu’asasah al-A‘lami li al-Mathbu‘ah, t.t.


Posting Komentar

0 Komentar